DT BINDO 1 : Mengubah Hikayat menjadi Cerpen



1.  Hikayat
 HIKAYAT AMIR
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”                                      
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam.Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak itu, Amir menjadi saudagar kaya.


2.  Unsur- unsur intrinsik Hikayat Amir

Tema : Anak yang boros
Tokoh :  
- Amir                    - Nasarudin
- Syah Alam            - Ibu Amir
Watak :
-          Amir  :  Bodoh, boros, giat, penurut           - Nasarudin : Pintar, bijak, baik
-          Syah Alam : Sabar, penyayang, bijak           - Ibu Amir : Sabar

Latar :
-          Tempat : Sumatera
-          Waktu :  Jaman dahulu
-          Suasana : Tentram

Alur : Maju
Amanat :  - Kerja keras selalu akan membuahkan hasil yang baik.
                        - Jangan menggunakan uang seenaknya saja.
3. Nilai-nilai budaya
- Nilai pendidikan : Selalu berusaha, bekerja keras dan pantang menyerah
- Nilai moral : Jangan menggunakan uang seenaknya
4. Mengubah Hikayat menjadi Cerpen
Anak Yang Boros
Pada suatu hari hiduplah sebuah anak bernama Asta, Ia dikenal suka memakai barang-barang mewah dan mahal, suka membeli barang yang mahal walaupun barang tersebut tidak berguna, ia hanya peduli tentang tren yang ada dan penampilan dia tanpa memikirkan uang yang kedua orangtuanya peroleh dengan susah payah.
 Kedua orangtuanya adalah orang yang berpenghasilan cukup, tetapi karena Asta suka menghamburkan uang, mereka tidak jarang kekurangan uang untuk makan selama 1 bulan, mereka pun menabung secara diam-diam untuk keperluan masa depan.
 Suatu hari sang ayah sudah tidak tahan dengan perilaku Asta yang seenaknya saja tanpa memikirkan ia dan istrinya yang mencari uang dengan bersusah payah. Sang ayah berkata “ASTA !, APAKAH KAU TIDAK TAHU BERAPA SUSAHNYA MENCARI UANG?!, AKU DAN IBUMU BEKERJA PAGI HINGGA MALAM UNTUK MENDAPATKAN UANG SEDANGKAN KAU MENGHABISKANYA DALAM HITUNGAN DETIK!, MULAI SEKARANG JANGAN KAU MINTA UANG PADA KAMI LAGI, KAU PERGI KERJA SENDIRI BIAR KAU TAHU BAGAIMANA SUSAHNYA MENCARI UANG ITU!” , Asta hanya diam tidak menanggapi dan melanjuti sikap buruknya tersebut, ia diam- diam mencuri uang mereka hanya untuk membeli barang. Tak lama kemudian sang ayah pun jatuh sakit karena stress berat karena perilaku anaknya, semua uang tabungan pun terpakai dan mereka jatuh miskin dengan cepat, tidak lama kemudian sang ayah pun meninggal dunia karena tidak dapat membayar biaya pengobatan dan meninggalkan Asta dan sang istri.
Sang istri yang tidak tahan karena anak mereka sama sekali tidak berubah dan tidak memikirkan nasib bersama walaupun sudah jatuh miskin meninggalkan Asta untuk tinggal sendirian, sebelum sang istri meninggalkan rumah mereka yang hampir ambruk, ia meninggalkan pesan untuk anaknnya yang berisi :
“ Asta, maafkan ibumu ini, ibu sudah tidak tahan dengan sikap mu yang seenaknya saja, Ibu harus pergi karena ini Cuma satu-satunya cara agar Ibu bertahan hidup, dapat makan, dapat hidup dengan normal dan memiliki rumah yang layak ditinggali untuk sekali lagi. Ibu tidak bisa memberi mu uang lagi yang hanya akan kamu pakai untuk hal yang tidak penting. Kamu harus bisa mencari uang sendiri untuk bertahan hidup. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah dan mulailah hidup yang baru.“ Asta yang melihat pesan itu hanya menahan amarah dan merobek kertas tersebut.
Keesokan harinya Asta pergi keluar rumah untuk mencari pekerjaan, ia mendapat pekerjaan sebagai pelayan di rumah makan, ia sering melakukan kesalahan dan dimarahi oleh pemilik rumah makan. Pekerjaan yang ia punya pun hanya bertahan selama 1 bulan, ia dipecat dan diberi sedikit uang gaji.
Asta pun menghela napas dan mencari pekerjaan yang sama di tempat lain, ia mulai mejual barang-barang yang dulu ia beli menggunakan uang orangtuanya, ia mulai merasa bersalah dan menyesali perbuatanya yang bodoh. Tetapi ia tidak menyerah untuk mencari pekerjaan baru dan berjanji pada dirinya sendiri ia akan bekerja dengan baik dan melakukan sedikit dan bahkan tidak ada kesalahan sekali pun di pekerjaan berikutnya.
Asta pun memutuskan mejual semua barang yang tidak berguna yang pernah ia beli dan mencari pekerjaan baru, ia bekerja sangat giat dan ia pun belajar banyak hal baru di tempat kerja, ia hanya menggunakan uang seperlunya dan gajinya dan uang penghasilan dari penjualan barang miliknya yang tidak berguna pun ia tabung semua.
Setelah merasa cukup uang, Asta pun membuka usaha baru sendiri, Ia membuka restoran dan menggunakan semua hal yang telah ia pelajari dari tempat ia bekerja sebelumnya. Restoranya pun sangat cepat terkenal karena harga yang murah dan maskan yang dibuat pun rasanya enak. Tidak lama setelah itu Asta pun menjadi orang yang sukses karena usahanya semakin maju.
Dibuat oleh : Elisa



Komentar

  1. Maaf kk itu yang cerpen tentang anak yang boros itu asalnya dari hikayat amir kah?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer